Waraney WPITL Kecam Perusakan Gereja GMIM di Minahasa Tenggara, Minta Polisi Usut Tuntas

INTANANEWS.ID – Organisasi adat Minahasa, Dewan Pengurus Besar Waraney Puser In’Tana Toar Lumimuut (DPB WPITL) Sulawesi Utara, mendesak Kepolisian Resor (Polres) Minahasa Tenggara (Mitra) untuk mengusut tuntas insiden perusakan fasilitas Gereja GMIM Silo Watuliney yang terjadi pada Minggu, 30 November 2025.

Peristiwa ini memicu ketegangan yang berujung pada bentrokan fisik antardesa.

Ketua Umum DPB WPITL Sulut, John F. S. Pandeirot, menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang terjadi di Wilayah Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara tersebut.

Ketua Umum DPB WPITL Sulut, John F. S. Pandeirot.(Foto: Dok/istimewa)

Pandeirot menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus perusakan rumah ibadah itu kepada pihak kepolisian.

“Kami mendesak agar aparat kepolisian bertindak cepat, tegas, dan transparan dalam memproses hukum oknum-oknum yang terlibat dalam perusakan rumah ibadah tersebut sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” kata Pandeirot dalam Pernyataan Sikap resminya pada hari yang sama.

Menurut Pandeirot, beredarnya video perusakan gereja tersebut dengan cepat memicu ketegangan hingga berujung pada gesekan fisik, atau tawuran antarkampung (tarkam), antara warga Desa Watuliney dan Desa Molompar.

Foto: (Dok/istimewa)

Pandeirot menekankan pentingnya peran hukum untuk meredam potensi bentrokan susulan.

“Hukum harus menjadi panglima agar keadilan ditegakkan dan potensi bentrokan susulan dapat diredam,” ujarnya, menegaskan kepercayaan penuh WPITL kepada Polres Mitra.

Sebagai bagian dari tua-tua adat, Pandeirot juga mengeluarkan himbauan tegas kepada seluruh masyarakat, khususnya warga Desa Watuliney dan Desa Molompar, untuk segera menahan diri. Ia meminta tidak ada lagi pergerakan massa atau tindakan balasan.

“Ingatlah falsafah kita Si Tou Timou Tumou Tou (Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain). Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, malah hanya akan merugikan diri kita sendiri,” pesan Pandeirot, sekaligus meminta masyarakat Sulawesi Utara untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang memperkeruh suasana di media sosial.

WPITL mengingatkan bahwa Sulawesi Utara adalah barometer kerukunan umat beragama. “Jangan biarkan ulah segelintir oknum merusak tenun kebangsaan dan persaudaraan yang sudah lama kita jaga,” tutup Pandeirot. (nes)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *