INTANANEWS.ID – Desa Parepei, Kecamatan Romboken, Kabupaten Minahasa menggelar Focus Group Discussion (FGD) perampungan sejarah, lambang, dan musyawarah berdirinya desa, Sabtu (22/02/2025).
Kegiatan berlangsung di Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Parepei ini merupakan kerja sama antara pemerintah desa dengan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
FGD dibuka oleh Hukum Tua Desa Parepei, Tenny Harter Kasenda. Hadir sebagai pemateri, Dewan AMAN Wilayah Sulawesi Utara (Sulut), Rikson Karundeng.

Acara ini juga diwarnai dengan dinyanyikannya lagu ciri khas Desa Parepei, yang berjudul “Parepei Kampung Halaman ku”, oleh penciptanya, JH Mantiri.
Hukum Tua Desa Parepei, Tenny Harter Kasenda mengungkapkan inisiatif pemerintah desa menggali sejarah Desa Parepei didasari keinginan untuk melestarikan adat dan budaya serta memberikan informasi yang akurat kepada generasi muda.

“Kami ingin generasi muda Desa Parepei mengenal dan memahami sejarah desanya. Dengan begitu, mereka akan memiliki rasa bangga dan cinta terhadap tanah kelahirannya,” ujarnya.
Rikson Karundeng, Dewan AMAN Wilayah Sulut, mengapresiasi langkah pemerintah Desa Parepei. Menurutnya, FGD ini sangat penting sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya serta sejarah masyarakat adat.
“FGD ini adalah langkah penting untuk memastikan sejarah Desa Parepei tercatat dengan baik dan dapat diakses oleh generasi mendatang,” kata Karundeng.

Fasilitator sejarah Desa Parepei, Samuel Angkouw, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, tokoh masyarakat, dan generasi muda.
“Kami berharap buku sejarah Desa Parepei yang akan dihasilkan dari FGD ini dapat menjadi sumber informasi yang valid dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Imanuel Kaloh, warga Desa Parepei, menyampaikan apresiasi atas inisiatif pemerintah desa.

“Kami sangat mendukung upaya pemerintah desa dalam menggali sejarah Desa Parepei. Ini adalah langkah yang sangat baik untuk melestarikan budaya dan adat istiadat kita,” kata Kaloh.
Kepala Sekolah SD Inpres Parepei juga menyampaikan harapannya agar hasil FGD ini dapat diwujudkan dalam bentuk buku yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah. Ia menyoroti kekhawatiran akan semakin lunturnya penggunaan bahasa daerah di kalangan anak-anak.
“Kami berharap buku sejarah ini dapat membantu anak-anak mengenal sejarah dan budaya daerahnya, termasuk bahasa daerah. Ini penting untuk menjaga identitas dan kearifan lokal,” ujarnya.
FGD perampungan sejarah, lambang, dan musyawarah berdirinya Desa Parepei ini diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya masyarakat adat di Minahasa.(nes)