Talaud, INTANANEWS.ID
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan sebagian permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud tahun 2024 membuka babak baru dalam kontestasi politik di kabupaten perbatasan ini. Pemungutan Suara Ulang (PSU) di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) Kecamatan Essang menandai momentum krusial bagi lima pasangan calon (paslon) yang bertarung. Namun, lebih dari sekadar hitungan suara, PSU ini menjadi panggung pertarungan harga diri bagi lima partai besar yang mengusung kandidat mereka.
Dengan keterwakilan partai besar di Sulawesi Utara, PSU ini bukan hanya pertarungan kandidat, melainkan juga ujian bagi kepemimpinan partai di tingkat provinsi. Setiap ketua partai tentu memiliki strategi tersendiri dalam memastikan kemenangan pasangan yang mereka usung.
Ketua NasDem Sulut, Victor Mailangkay, yang mendukung paslon nomor urut 1, Moktar Arunde Parapaga – Ade Yeswa Sahea, dihadapkan pada tantangan berat mengembalikan dukungan di Kecamatan Essang, mengingat pasangan ini hanya memperoleh 91 suara sebelumnya. Apa strategi NasDem untuk membalikkan keadaan?
Sementara itu, Ketua Partai Gerindra Sulut, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus, yang mengusung paslon nomor urut 2, Irwan Hasan – Haroni Mamentiwalo, memiliki misi mempertahankan dominasi suara yang sebelumnya mereka raih (1.170 suara). Apakah mereka hanya akan mengandalkan modal suara lama atau merancang pendekatan baru guna mengantisipasi perubahan peta dukungan?
Di kubu PDI Perjuangan, Ketua DPD Sulut, Olly Dondokambey, memiliki kepentingan besar dalam memastikan kemenangan paslon nomor urut 3, Welly Titah – Anisa Gretsya Bambungan, yang sebelumnya meraih 779 suara. PDI-P yang memiliki basis massa kuat di Sulut tentu tak ingin kehilangan muka dalam perebutan kekuasaan di Talaud. Akankah mesin politik mereka mampu meningkatkan perolehan suara dan menyalip rival utama?
Ketua Partai Demokrat, dr. Elly Engelbert Lasut, yang mengusung paslon nomor urut 4, Tammy Wantania – Djekmon Amisi, harus menjawab tantangan berat karena pasangan ini sebelumnya hanya mendapatkan 261 suara. Demokrat tentu harus bekerja lebih keras dengan strategi yang lebih agresif guna mengejar ketertinggalan. Apakah mereka akan melakukan konsolidasi besar-besaran di tingkat akar rumput?
Terakhir, Ketua Partai Golkar Sulut, Christiany Eugenia Paruntu, yang mendukung paslon nomor urut 5, Yopi Saraung – Adolf Sewerang Binilang, harus memikirkan strategi untuk meningkatkan suara yang sebelumnya hanya berjumlah 110. Bagaimana Golkar akan merancang strategi kejutan untuk setidaknya menjadi penentu dalam konstelasi politik di Talaud?
Dalam situasi seperti ini, partai-partai besar tentu akan mengerahkan berbagai taktik. Konsolidasi di tingkat akar rumput, penguatan basis loyalis, hingga penetrasi ke swing voters akan menjadi langkah utama. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah ada strategi khusus yang akan diterapkan dalam PSU ini? Apakah para ketua partai akan turun langsung ke lapangan untuk memastikan kemenangan, ataukah mereka akan mengandalkan jaringan elite politik lokal?
Selain itu, aspek finansial juga menjadi elemen penting. Kampanye ulang tentu memerlukan logistik besar. Apakah masing-masing partai memiliki kesiapan dana yang memadai? Ataukah ada faktor lain yang akan mempengaruhi distribusi sumber daya untuk memenangkan pertarungan di Essang?
PSU di Kecamatan Essang bukan sekadar pengulangan pemungutan suara, melainkan arena pertaruhan besar bagi lima partai utama di Sulawesi Utara. Hasilnya bukan hanya menentukan siapa yang akan menduduki kursi Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud, tetapi juga akan menjadi cerminan dari kekuatan dan strategi politik masing-masing partai.
Dalam dinamika ini, publik tentu ingin melihat bagaimana para pemimpin partai memainkan peran mereka dalam memastikan kemenangan kandidatnya. Apakah mereka benar-benar memiliki strategi jitu, ataukah hanya akan mengandalkan keberuntungan dan modal suara lama? Semua akan terjawab beberapa hari ke depan. (redaksi)